Kisah Wanita Penggenggam Tauhid Asiah dan Masyitoh (tukang sisir) Fir'aun


Alkisah di negeri Mesir, hiduplah dua orang wanita di sebuah istana Fir’aun yang megah. Yang pertama yaitu seorang Ratu, isteri Fir’aun yang bernama Asiah, dan yang kedua adalah seorang wanita yang pekerjaan sehari-harinya adalah menyisir rambut puteri Fir’aun, maka ia dinamakan sebagai Masyitoh (artinya dalam bahasa Indonesia yaitu wanita tukang sisir).
Kedua-duanya adalah wanita yang beriman kepada Allah dan mengingkari Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan.
(Kisah ini diceritakan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Katsir menghasankannya dalam kitab Tafsirnya dan Kitab Al Bidayah Wa Nihayah).
Pada suatu hari, ketika Masyitoh sedang menyisir rambut puteri Fir’aun, tanpa sengaja sisirnya terjatuh ke lantai. Secara spontan Masyitoh mengucap ”Bismillah” (Dengan Menyebut Nama Allah) sambil memungut sisirnya. Maka keimanannya yang selama ini ia tutup-tutupi akhirnya secara tak sengaja terucap juga karena lisannya yang senantiasa berdzikir mengingat Allah.
Tatkala Masyitoh mengucapkan bismillah, maka puteri Fir’aun terkejut lalu ia bertanya, “Apa yang kau maksud Allah itu ayahku?” rupanya ia hanya tahu bahwa tuhan itu adalah Fir’aun yg mengaku sebagai tuhan. Maka Masyitoh menjawab, ” Tidak tetapi Allah adalah rabbku (Tuhanku) rabb kamu dan rabb ayah kamu,” Puteri Fir’aun terheran karena ada tuhan selain ayahnya. Lalu ia mengancam Masyitoh, “Aku akan sampaikan hal ini kepada ayahku.” Maka Masyitoh tanpa gentar berkata, “Silahkan.”
Saat Masyitoh menghadap Fir’aun, pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya adalah : “Apa betul kau telah mengucapkan kata-kata penghinaan terhadapku, sebagaimana penuturan anakku. Dan siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini ?” “Betul, Baginda Raja yang lalim. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah. Dan Tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai segala alam dan isinya.”jawab Masyitoh dengan berani.
Mendengar jawaban Masyitoh, Fir’aun menjadi teramat marah, sehingga memerintahkan pengawalnya untuk memanaskan minyak sekuali besar. Dan saat minyak itu mendidih, pengawal kerajaan memanggil orang ramai untuk menyaksikan hukuman yang telah dijatuhkan pada Masyitoh. Sekali lagi Masyitoh dipanggil dan dipersilahkan untuk memilih : jika ingin selamat bersama anak-anaknya, Masyitoh harus mengingkari Allah. Masyitoh harus mengaku bahwa Fir’aun adalah Tuhan yang patut disembah. Jika Masyitoh tetap tak mau mengakui Fir’aun sebagai Tuhannya, Masyitoh akan dimasukkan ke dalam kuali, lengkap bersama anak-anaknya.
Masyitoh tetap pada pendiriannya untuk beriman kepada Allah SWT. Masyitoh kemudian membawa anak-anaknya menuju ke atas kuali tersebut.
Anak yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya telah di lempar ke dalam kuali, dengan tegar Masyitoh menyaksikan semua itu, hingga tibalah giliran anaknya yang masih bayi akan dilempar, menghadapi hal ini Masyitoh sempat ragu. Namun karena kehendak Allah, maka anak yang masih kecil itu dapat berkata, “Wahai ibu bersabarlah engkau berada di atas kebenaran, sesungguhnya itu adalah sakit yang sedikit dan sebentar. Sesungguhnya azab akhirat lebih keras dan dahsyat.” Maka demi mempertahankan keimanannya kepada Allah masuklah Masyitoh dan anaknya ke dalam kuali yang mendidih.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah salallahu alaihi wa salam berkata, “Tatkala saya diangkat naik ke langit lalu saya melewati bau yg semerbak, kemudian saya bertanya: ” Bau apa ini yang wangi?” Maka jibril menjwab “Ini adalah wanita tukang sisir di istana Fir’aun dan anak-anaknya”
Kemudian dengan congkaknya Fir’aun memberitahukan kepada isterinya Asiah, wanita yang salihah, apa yang telah diperbuatnya kepada Masyitoh dan anak-anaknya. Mendengar hal itu lalu Asiyah berteriak dan berkata kepadanya, “Celaka engkau Fir’aun alangkah lancangnya engkau kepada Allah,” Lalu Asiah bersyahadat menyatakan keimananya kepada Allah di hadapan Fir’aun, kemudian Fir’aun memanggil bala tentaranya dan memerintahkan agar isterinya disiksa Lalu Asiah disiksa dan dicambuk.
Ketika siksaan semakin pedih, darah mengalir deras, Asiah menatap ke langit dan berkata sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam ayat Al-Qur’an: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (Q.S. At-Tahrim [66] : 11)
Lalu naiklah doanya membumbung tinggi dan menembus pintu-pintu langit didengar oleh Allah tabaroka wa ta’ala. Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya “Lalu Allah singkapkan langit dan Allah memperlihatkan rumahnya di surga,” Hingga ketika siksa semakin keras dan azab semakin pedih maka Asiyah malah tersenyum sehingga Fir’aun menjadi semakin marah.Mengapa ia tersenyum? Karena ia melihat rumahnya di surga, setelah itu berhembuslah nafas Asiah yg terakhir.
Demikian kisah Asiah dan Masyitoh. Semoga muslimah sekalian bisa mengambil hikmah dan mengikuti jejak keduanya, meninggal dalam keadaan teguh menggenggam “Tauhid.”
Enhanced by Zemanta

1 komentar:

Anonim mengatakan...

like

  • fals
  • kebanggaan_Indonesia
  • memori
  • bareng_Slank
  • tafakur
  • di_Rolling_Stones
  • Raya
  • Ksatria
  • lantang
  • galang_kecil
  • tampan
  • masa_lalu
  • banjo
  • senyum
  • trax
  • sakinah
  • warahmah
  • tux1
  • tux2
  • tux3
  • tux4
  • tux5
  • tux6
  • tux7
  • tux8
  • tux9
  • tux10
  • linux1
  • linux2
  • linux3
  • linux4
  • linux5
  • linux6
  • linux7
  • linux8
  • linux9
  • linux10
  • linux11
  • linux12
  • linux13
  • linux14
  • linux15
  • linux16
  • linux17
  • linux18
  • linux19
  • linux20
  • linux21
  • linux22
  • linux23
  • linux24
  • linux25
  • linux26
  • linux27
  • linux28
  • linux29
  • linux30
  • linux31
  • linux32
  • linux33
  • linux34
  • linux35