Guru Engkaulah Pahlawan Yang Sebenarnya


Hemm.. apa yang sobat pikirkan ketika mendengar mendengar kata Guru? Sebuah profesi tanpa batas, sebuah amanah yang sulit untuk dirangkaikan dengan kata-kata. Apa jadinya sebuah kehidupan yang bermartabat dan bermoral tanpa adanya seorang Guru disana? Sulit memang untuk menyelami profesi ini jika kita tidak menjadi seorang Guru. Tapi apakah kita menyadarinya, apapun profesi kita di muka bumi ini secara tidak langsung kita telah menjadi seorang Guru. Lihatlah bagaiman kita menjadi seorang Ayah atau Ibu yang harus mendidik anak-anak kita agar menjadi seorang yang dapat menjadi kebanggaan bagi orang tuanya, bangsa dan agamanya. Lalu bagaimana kita harus memberi contoh pada bawahan kita bila kita menjadi seorang pemimpin di tempat kita bekerja atau tempat kita membangun sebuah pekerjaan yang dapat membantu kehidupan perekonomian di suatu tempat. Kedisiplinan jelas amat di perlukan agar kita dapat membangun suatu akhlak yang baik, disamping pengetahuan moral dan agama pada khususnya.
Lihatlah betapa sulitnya para orang tua dalam mendidik anaknya yang mungkin hanya ada 2 atau 6 orang anak di dalam sebuah keluarga, karena itu berarti ada 2 sampai 6 watak dan sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jadi bagaimana, apakah sobat sudah bisa membayangkan bagaimana kompleknya profesi seorang Guru? Ada ratusan bahkan ribuan orang anak yang di sebut dengan murid yang setiap pergantian tahun akan berubah keluar dan masuk sebuah lembaga yang dinamakan SEKOLAH. Itu berarti akan ada ratusan bahkan ribuan watak dan sifat yang berbeda yang akan dididik dengan satu tujuan, yakni menjadi manusia yang dapat bermanfaat bagi sesama, menjadi insan yang cerdas baik hati dan akalnya. Apakah ada yang dpat membalas jasa-jasa seorang Guru? Tidak karena biar bagaimanapun seorang Guru adalah Orang Tua di sekolah, merekalah yang mendidik kita, mereka yang tanpa pamrih mengajarkan ilmunya kepada kita semua.
Apakah ada seorang Raja tanpa adanya Guru? apakah bisa jadi Presiden seseorang tanpa adanya seorang Guru? apakah bisa menjadi seorang pejabat atau menteri tanpa ia belajar terlebih dahulu pada seorang Guru?
Tapi lihatlah Negeri ini apakah seorang Guru telah mendapatkan penghasilan yang seimbang dengan jerih payahnya mencerdaskan bangsa? Jauh, bahkan amat banyak Guru yang hidup dalam kemiskinan, mengenaskan dalam hal materi. Guru memang jabatan fungsional dan bukan struktural, tapi kenapa juga gaji yang tidak seimbang dengan kebutuhan pokok yang terus melambung masih haru di potong banyak, walau dengan dalih taat pajak. Tapi lihatlah betapa jomplang gaji yang diterima oleh struktural semisal tata usaha yang tanpa ada pemotongan pajak. apakah dengan dasar golongan hinga mereka harus menerima potongan itu? Golongan guru jelas beda dengan golongan di Instansi lainnya yang notebene pemerintahan, karena gaji mereka jauh lebih besar dari gaji seorang Guru walaupun ia golongan 4.
Memang ada banyak tunjangan semisal sertifikasi atau TKD tapi itu hanya turun dalam kurun waktu yang tidak menentu, bisa 3 sampai 6 bulan sekali. Apakah urusan perut bisa ditunggu sampai selama itu? Maka yang paling logis adalah penghasilan tiap bulan yang bisa menutup kebutuhan tersebut yang kian lama di rasa kian melambung tinggi.
Yah apapun hasil dari semua itu mari kita sama-sama berfikir jernih, tanpa ada emosional, mari kita bicara dengan hati nurani, Guru adalah seorang yang memang tidak sempurna, karena tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini, tapi lihatlah pengabdian seorang Guru dalam mendidik anak-anak bangsa, agar menjadi presiden-presiden dan orang-orang hebat di negeri ini agar dapat membangun dan mensejahterahkan rakyat ini yang telah cukup lama terkukung oleh kebodohan. Mari kita tunda dan telaah kembali pembangunan gedung-gedung mewah pemerintahan jika yang lama masih dapat di gunakan, mari kita cek kembali perjalanan-perjalanan dinas yang dapat menghabiskan banyak anggaran. Bila ada kata kunci taat pajak, Guru pun berhak mendapat hak mereka karena gaji merekapun di potong pajak, bahkan bisa dibilang Guru berhak hidup sejahtera, bagaimana bisa mengabdi dengan baik jika pertengahan bulan sudah tidak bisa lagi membeli susu untuk anaknya, bila masih memikirkan tingginya biaya kontrakan rumah dan sayur mayur. Tidak semua Guru sejahtera, mari coba kita tengok ke bawah lagi jangan mendengak keatas, berapa banyak dari mereka yang hidupnya jauh dari sejahtera, so jadi apakah sobat sudah dapat membuat kesimpulan dari kata GURU? pahlawan yang sebenarnya di dalam kehidupan kita.


By Jengkolano
Enhanced by Zemanta
Read More...

Budak Hitam (Dasyatnya Sedekah)


"Tidak akan mendapatkan kebaikan yang sempurna, sampai kamu menafkahkan apa yang kamu cintai." (Ali Imran: 92).

Sebagai manusia kita tidak mungkina akan luput dari segala kesalahan, baik yang di sengaja ataupun tidak. Oleh karena itu perlu bagi kita untuk melakukan amal salih untuk bisa mengimbangi perbuatan buruk di masa lalu. Apalagi dinyatakan di surah Al-Furqan: 70, bahwa Allah bersedia mengubah kehidupan seseorang, dari suasana yang diliputi keburukan menjadi suasana yang diliputi kebaikan. Sakit menjadi sehat, punya hutang menjadi banyak uang, miskin menjadi kaya, kurang jadi cukup, jahil jadi alim, salah jadi saleh;
"Allah akan menambah deretan panjang kesusahan seseorang dan Allah akan lipat gandakan azab-Nya kelak di hari kiamat, serta dihinakan sehina-hinanya. Tapi, dikecualikan orang-orang yang mau bertaubat, beriman dan beramal salih. Maka mereka itulah orang-orang yang Allah akan ubah keburukannya menjadi kebaikan. Dan adalah Allah Maha Menutup Dosa lagi Maha Penyayang."
Amal salih apa yang bisa mengangkat derajat? Amal salih apa yang bisa menghapus duka, menghilangkan kesulitan? Inilah kisah tentang dasyatnya sedekah, bertutur melalui kisah Budak Hitam dan Abu Thalhah.
Alkisah, sudah sejak lama Abu Thalhah memperhatikan pekerja tetangga kebunnya, seorang 'Budak Hitam'. Abu Thalhah adalah seorang yang kaya raya pada zamannya. Ia banyak memiliki perkebunan, salah satunya adalah kebun yang berlokasi bersebelahan dengan kebun di mana si BUdak Hitam bekerja. Kebun majikan si Budak Hitam tidak seluas milik Abu Thalhah, karenanya upahnya pun sangat sedikit, hanya tiga potong roti per-harinya.
Budak Hitam ini menjalani hidupnya dengan ikhlas dan keimanan yang tinggi akan kemurahan Tuhannya. Baginya tidak ada alasan memprotes kemalangan hidup dan minimnya upah yang diterima. Ia memandang ada lebih banyak kemurahan Tuhan dalam bentuk lain yang mesti ia syukuri. Panca indera yang lengkap, dan masih bisa bernafas saja sudah merupakan dua nikmat yang tak mampu dibayarnya. Ia selalu merasa, bahwa amalnya tidak berarti apa-apa dibandingkan kemurahan-Nya.
Pada suatu ketika, si Budak Hitam ini mendapati seekor anjing menjulurkan lidahnya, tanda kelaparan. Demi melihat anjing ini, ia memberikan satu  dari tiga potong roti yang digenggamnya. Tapi setelah roti itu diberikan, anjing tadi masih mengibaskan ekornya, maka diberikanlah lagi sepotong yang lain. Bahkan sepotong yang terakhir pun lagi-lagi diberikan kepada anjing tadi, hingga anjing tersebut kenyang dan berlalu dari hadapannya.
Abu Thalhah yang memang sudah lama memperhatikan Budak Hitam ini, menjadi tertegun menyaksikan apa yang dilihatnya. Ia tahu bahwa upah si Budak Hitam ini hanya tiga potong roti tersebut, tidak ada yang lain. Tapi kemudian ia lebih rela, bila si anjing yang makan roti upah kerjanya.
Karena penasaran, Abu Thalhah bertanya kepada si Budak Hitam, "Sadarkah engkau apa yang telah engkau lakukan?"
"Sadar," jawab si Budak.
"Adakah upah yang lain yang diberikan majikanmu?" Tanya Abu Thalhah lagi.
"Upahku hanyalah yang Tuan lihat."
Kemudian Abu Thalhah kembali bertanya," Apa kamu tidak merasa kuatir tidak dapat makan?"
"Saya tidak kuatir. Ada upah saya yang lain dari Tuhanku. Saya yakin, Tuhan saya akan memperhatikan saya," jawab si Budak dengan penuh keyakinan.
"Terus, apa kamu tidak akan menyesal nanti?" Cecar Abu Thalhah.
Si Budak menjawab, "Untuk apa saya harus menyesal?"
Tahulah si Budak bahwa Abu Thalhah memperhatikan perilakunya terhadap anjing tadi. Dan kini ia merasa Abu Thalhah sedang mencari tahu. Tapi sungguh, karena 'kebodohannya', ia tidak tahu apa maksud Abu Thalhah. Jawabannya benar-benar tulus, dari hatinya yang bersih.
Setelah berbincang-bincang, Abu Thalhah minta ditunjukkan rumah majikan si Budak. Sesampainya di sana Abu Thalhah bertanya apakah majikannya tersebut bersedia menjual kebunya kepadanya. "Asal cocok harganya," jawab pemilik kebun.
Singkat cerita, kebun tersebut berpindah tangan menjadi milik Abu Thalhah. Dan Abu Thalhah menghadiahkan kebun tersebut kepada si Budak tadi. Dan jadilah kini budak tersebut pemilik baru kebun tersebut.
"Maha Suci Allah,"Kisah tadi menjadi jawaban atas pertanyaan amal saleh apa yang bisa mengangkat derajat dan menghilangkan kesusahan, yaitu amalan sedekah. "Budak tadi hanya memberikan tiga potong roti, tapi Allah membalasnya dengan satu buah kebun.
Bukan tiga potong roti itu esensi dasar 'penghargaan' Allah. Boleh jadi, bagi banyak orang, apa yang di berikan Budak tadi tidak berarti banyak, Hanya tiga potong roti. Tapi lebih jauh lagi, bahwa Budak tadi telah 'mengorbankan' kehidupannya, Budak tadi telah mengorbankan jiwanya, dengan memberikan upah yang 'cuma segitu-gitunya'. Dan ia tidak memikirkan dengan makannya sendiri, setelah bekerja keras satu hari penuh di kebun.
Mari kita merenung sejenak, apa yang telah kita sumbangkan bagi kepentingan orang banyak? 'Boro-boro' berbuat seperti yang diperbuat Budak Hitam tadi, lah menyisihkan sebagian kecil penghasilan kita saja masih terasa berat;
"Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalah hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan rezekinya itu tidak mau memberikan rezeki mereka ...." (An-Nahl: 71).
Padahal mungkin kita tahu, bahwa siksa Allah sangat berat bila kita enggan berderma, enggan mengeluarkan zakat. Di akhirat disiksa dengan siksa akhirat, di dunia disiksa dengan siksa dunia, antara lain hadirnya penyakit dan kesusahan.
"..... Atau mereka para penimbun kekayaan dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritakanlah kepada mereka akan azab yang pedih. Pada hari di mana harta mereka dipanaskan dalam neraka Jahanam lalu dibakar dengannya dahi, rusuk dan punggung mereka dan dikatakan kepada mereka, inilah harta benda yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Rasakanlah sekarang! Rasakanlah balasan dari apa yang kamu simpan dahulu itu." (At-Taubah: 34-35).
"... Rupanya mungkin kita masih belum yakin akan janji Tuhan, bahwa Dia akan memberikan yang lebih baik dari apa yang kita berikan."
"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai pada tiap-tiap tangkainya berisi seratus biji. Allah melipatgandakan balasannya Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 261).
Terkait cerita di atas, ada satu firman Allah yang berbunyi;
"Hendaklah orang yang mampu, menafkahkan hartanya sesuai dengan kemampuannya. Dan orang-orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedadr apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kemudahan setelah kesulitan." (Ath-Thalaq: 7).
Di ayat di atas, Allah memberikan rahasia tentang bagaimana caranya kalau mau dilapangkan rezeki ketika sempit rezekinya. Yaitu dengan jalan sedekah. Menjadi biasa bila bersedekah, berzakat, di kala lapang, di kala kaya. Sebab memang tidak ada yang istimewa, itu adalah keharusan. Justru menjadi aneh, bila di saat mampu, tidak mau berbagi. Maka, ketika kita mau bersedekah, mau mengorbankan harta kita, di saat tidak punya, nilainya sangat luar biasa di sisi Allah. Dan inilah kunci pembuka rezeki yang sebenarnya."
"Bagaimana ukuran sedekahnya...?"
Seperti cerita Budak Hitam di atas. Dia mendapat karunia yang luar biasa, sebab ia juga berkorban dengan luar biasa. Upah kerja seharian yang cuma tiga potong roti, diberikan kepada anjing yang kelaparan. Maka, kemudian ukuran sedekah kita, tergantung pada diri kita sendiri. Kalau mau cepat keluar dari kesulitan, kalau mau cepat dibanyakkan rezekinya, sedekahlah sebanyak-banyaknya... Kecil umpannya, kecil pula ikan yang didapat. Besar umpannya, besar pula ikan yang didapat."
"Tidak akan mendapatkan kebaikan yang sempurna, sampai kamu menafkahkan apa yang kamu cintai." (Ali Imran: 92).
Semakin banyak kita bersedekah, maka semakin banyak Allah mendatangkan rezeki. Semakin mudah kita bersedekah, semakin mudah Allah mendatangkan pertolongan-Nya. Semakin ringan kita bersedekah, semakin ringan pula Allah membantu kita. Dan semakin tinggi pengorbanan kita, maka semakin besar pula kecintaan Allah kepada kita. Kita bahkan semestinya bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Budak Hitan di atas. Utamanya ketika kesusahan sedang menjadi bagian cerita kehidupan kita.
Lalu, bagaimana bila ada yang bertanya, "Kami-kami ini kan ingin banyak rezeki, supaya bisa menutup hutang misalnya, lalu kita di suruh untuk bersedekah, berdasarkan Al-Qur'an, tapi yang jadi masalah, kami lagi ga ada uang... harus bagaimana kami ini ...? Sedang, kalaupun ada uang, sudah kami pakai untuk bayar hutang ... atau sudah kami pakai untuk menyembuhkan penyakit kami bila kami sakit ...?
Di sini letak pengorbanan yang Allah tunggu ... Memang saat mereka bilang nggak ada uang buat sedekah, memang benar demikian adanya. Tapi andai mereka mau sedikit berfikir, dan melihat ke diri mereka sendiri, pasti ada jalan untuk bersedekah. Misalkan, masih punya HP yang bagus dan ber-merk. Maksudnya, uang tidak ada, tapi HP ada, bila ini yang terjadi, jual HP-nya, beli yang murahan. Kemudian selisihnya ini yang kita keluarkan untuk sedekah. Intip-intip aset kita, ada ga yang bisa 'dikecilin' (dijual) unutk kemudian kita jadikan modal sedekah. Entah itu aset berupa emas, TV, perabotan rumah tangga, alat elektronik ... cari sesuatu yang bisa membuat kita bersedekah di saat sulit. Bahkan mestinya, cari sesuatu yang besar untuk kita persembahkan kepada Allah. Misalkan kita sakit berat, sakit keras ... kita lirik tanah yang kita miliki, atau kita lihat bahwa kita punya rumah lebih dari satu. Bukan untuk kita jual buat biaya berobat. Kalau, kategorinya masih 'membeli obat'. Lalu untuk apa kita lirik aset kita yang besar itu? Untuk mengundang pertolongan yang besar. Yaitu kita jual, kemudian uangnya kita sedekahkan, atau kita wakafkan. Kalu kemudian bisa kita sedekahkan atau kita wakafkan, maka kita sudah masuk dalam kategori 'membeli penyakit'. Amalan seperti inilah yang insya Allah sangat dilihat Allah, sebagai pertimbangan untuk menolong kita atau tidak."
Disebut di ayat 92 di atas, bahwa tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna sampai seseorang mau menafkahkan hartanya yang dicintainya, maka:
  • Kebaikan bagi yang sakit adalah kesembuhan. Tapi ia tidak akan menemukan kesembuhan yang sempurna hingga ia mampu menafkahkan harta yang dicintainya. Allah Maha Malihat, ketika ia mampu membeli obat yang mahal-mahal, ketika ia mampu berobat dengan rupiah yang besar, lalu ketika Allah meminta kepadanya bersedekah untuk kesembuhan baginya, kemudian uang yang ia sedekahkan tidak imbang dengan biaya berobatnya (terlalu kecil), maka jangan berharap akan cepat dapat kesembuhan, kecuali yang Allah sudah takdirkan kepadanya.
  • Kebaikan bagi mereka yang punya hutang adalah keluasan rezeki sehingga mampu membayarkan hutangnya. Tapi mereka ini tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna hingga mereka mau berkorban dengan sesuatu yang ukurannya ia berat untuk mengorbankannya. Semakin besar pengorbanannya, semakin besar pula peluang Allah membantu untuk membayarkan hutangnya.
Terapkan ilmu sedekah ini di setiap kesusahan yang ditemui di dunia ini; misalnya ketika seseorang menginginkan kehadiran anak, pancing dengan sedekah; ketika seseorang ingin pekerjaaan, pancing dengan sedekah; ketika seseorang ingin agar usahanya tambah maju, pancing dengan sedekah. Ketika seseorang ingin dilepaskan kesulitannya, ingin diangkat permasalahannya, pancing dengan sedekah. Ketika seseorang ingin punya rumah, bosan berdiam di rumah kontrakan, beli rumah yang diidam-idamkan dengan memperbanyak sedekah. Mempercepat datangnya bantuan Allah sekali lagi tergantung kepada kita sendiri. Jangan sayang-sayang dalam bersedekah, utamanya bila kita ingin cepat di bantu Allah. Bahkan sedekah, ia bukan saja akan membantu mempercepat kita keluar dari kesusahan dunia, tapi juga akan banyak berperan membantu kita kelak di kesusahan negeri akhirat.
Sedekah mengandung empat fadilah;
  1. Mengundang datangnya rezeki.
  2. menyembuhkan penyakit.
  3. Menghilangkan kesulitan, menghalau musibah.
  4. Memperpanjang umur.
Bahkan Rasulullah menegaskan, bahwa jika seseorang ingin dibantu kesulitannya, maka hendaklah ia mencari jalan keluar dengan jalan membantu orang yang lebih sulit. Bila seseorang ingin diringankan penderitaannya, maka hendaknya ia mau meringankan penderitaan orang lain. Kita memang sulit, kita memang susah, kita mungkin sedang menderita, tapi pesan rasul, pasti ada yang lebih sulit, lebih susah dan lebih menderita. Dan kita disuruh mencari mereka ini. Pertolongan Alllah akan datang, sesuai dengan ukuran amal saleh yang kita lakukan.
"Tapi hati-hati, jangan sebatas ingin banyak rezeki, jangan sebatas ingin sembuh, jangan sebatas ingin dibayarkan hutangnya ... lalu kemudian kita mau bersedekah hanya karena ada keinginan saja. Ini hanya sebagai motivasi saja. Kalau bisa, tinggikan lagi tujuan bersedekah, yaitu agar kita mendapat keridhaan Allah. Kalau Allah sudah ridha kepada kita, apapun upaya kesembuhan yang kita lakukan, akan mengantarkan kita kepada kesembuhan. Kalau Allah sudah ridha kepada kita, apapun upaya kita dalam rangka mencari solusi bagi hutang kita yang menumpuk, akan benar-benar bisa menghasilkan. Cari keridhaan Allah, jangan berhenti  kepada tujuan yang kecil. Khawatirnya, setelah sembuh, tidak mau lagi bersedekah. Setelah kaya, tidak lagi mau berderma. Tapi sebagai seorang hamba, tidaklah salah berniaga dengan Allah. Anggap saja sebagai media latihan kita. Di kemudian hari, setelah kita mendapatkan apa yang menjadi doa kita, dimana kekuatan doa kita di support oleh sedekah, kita terus meningkatkan amal saleh kita.
Sebagai bahan renungan, bolehlah kita sedikit menyelami firman Allah berikut ini. bahwa ketika kita kikir, ketika kita tidak imbang antara pendapatan dengan sedekah kita, maka boleh jadi saat itulah kesusahan demi kesusahan hadir, hingga kemudian kita juga menemukan diri kita terus menerus susah hingga di hari akhir kelak, nau'udzu billah.

"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik buat mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi (mengapa sampai kita bakhil ...?). Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan." (Ali Imran: 180).

So, nunggu apalagi? nunggu nafas naik ketenggorokan seperti insyafnya Fir'aun? kita sendiri yang menentukan nasib dan takdir kita, mari kita berlomba untuk bersedekah, amin.

Di kutip dari buku Ust. Yusuf Mansur (Mencari Tuhan yang Hilang).

Read More...

Istri Sholehah


Orang mukmin merindukan
Anak-anak yang sholeh
Istri-istri yang sholehah
Keluarga bahagia……” Istri yang sholehah akan membuat kehidupan keluarga menjadi lebih indah, meskipun serba kekurangan dari segi materi….Setiap muslimah tentunya ingin sekali menjadi istri yang sholehah. Seorang istri yang sangat diinginkan oleh banyak muslim di dunia. Namun bagaimana dan seperti apa istri yang sholehah itu? Kadang seorang istri mengklaim sebagai istri yang sholehah, tanpa mengetahui, seperti apa istri yang sholehah tersebut. Istri yang sholehah memiliki beberapa sifat yang terpuji. Ciri-ciri seorang istri yang sholehah diantaranya adalah:

    Al-waluud (beranak-pianak)Menikah adalah salah satu upaya untuk melanjutkan keturunan. Banyak orang menikah karena ingin memiliki keturunan yang sholeh-sholehah. Istri yang sholehah salah satu tandanya adalah mampu memberikan keturunan (dengan kehendak Allah), sehingga dapat memberikan kebahagiaan dalam keluarganya. Rasulullah Muhammad saw sendiri menyarankan kita untuk mencari istri yang mampu memberikan banyak keturunan, karena Rasulullah saw membanggakan umatnya dari umat lain karena kuantitasnya. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah Muhammad saw:
 “Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan: ‘Aku mendapatkan seorang wanita (dalam satu riwayat lain (disebutkan), ‘memiliki kedudukan dan kecantikan’), tetapi ia tidak dapat melahirkan anak (mandul); apakah aku boleh menikahinya?’ Beliau menjawab: ‘Tidak.’ Kemudian dia datang kepada beliau untuk kedua kalinya, tapi beliau melarangnya. Kemudian dia datang kepada beliau untuk ketiga kalinya, maka beliau bersabda: ‘Nikahilah wanita yang berbelas kasih lagi banyak anak, karena aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat yang lain.
”Memilih wanita yang subur dapat dilihat dari silsilah keluarganya. Meskipun demikian, jika Allah belum berkenan memberikan momongan, janganlah berkecil hati. Tetaplah sabar dan selalu berdoa kepada Allah SWT.
 •    Al-waduud (Besar cinta pada suami)
Seorang istri yang sholehah memiliki cinta yang besar kepada suami dan keluarganya. Besar cinta seorang (calon) istri dapat dilihat dari besar kecilnya mahar yang diminta. Semakin kecil mahar yang diminta kepada (calon) suaminya, maka semakin besar pula cinta istri tersebut kepada suaminya.
 •    Sittiroh (pendiam) 
Istri adalah tempat suami mencurahkan segalanya, baik itu kasih sayang maupun keluh kesah, bahkan rahasianya. Seorang istri yang sholehah akan mampu untuk menjaga rahasia dari suaminya. Istri yang sholehah akan mampu menjaga kehormatan suami dan keluarganya. Ia tidak akan menyebarkan dan membuka aib keluarganya.
Seorang istri yang sholehah juga akan menghindari pembicaraan yang tidak perlu. Ia akan menjauhi majelis ghibah, dan lebih banyak menghadiri majlis-majlis keagamaan (dengan seijin suami tentunya).
 •    Al-azizah fii ahliha (tabah dan ikhlas menghadapi cobaan)
Tidak selamanya rumah tangga yang kita bina akan berjalan di jalan yang rata. Suatu kali tentunya ada sandungan-sandungan yang akan menimpa keluarga kita. Seorang istri yang sholehah akan dapat menghadapi cobaan dalam rumah tangga dengan sabar dan tabah, serta tawakal keapda Allah SWT. Ia akan ikhlas dalam menghadapi apa pun bentuk cobaan yang diberikan oleh Allah kepada keluarganya.
•    Adzalilah ma’a ba’liha (patuh pada suami)
 Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Andaikan aku diperbolehkan memerintahkan seorang manusia sujud terhadap manusia lain, maka aku akan perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya, karena begitu besar haknya kepadanya”. (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan Ibnu Hibban).Ketaatan seorang istri setelah taatnya kepada Allah dan Rasul, adalah kepada suaminya. Begitu banyak kisah-kisah akan ketaatan seorang istri kepada suaminya, yang dapat kita temui dalam sejarah. Salah satu kisah patuh dan taatnya seorang istri kepada suaminya, sehingga Allah menyediakan surga atasnya (Insya Allah) terdapat dalam kisah berikut:“pada suatu hari, karena amarahnya, seorang suami melarang istrinya untuk keluar rumah sampai ia kembali. Setelah suami tersebut pergi, datanglah saudara dari si istri yang mengabarkan bahwa ayah si istri sakit. Istri tersebut sedih, namun ia mengatakan bahwa suaminya melarangnya keluar rumah, sampai sang suami tersebut kembali. Ia meminta saudaranya mendatangi Rasulullah saw untuk meminta nasehat beliau atas hal yang menimpanya. Kepada saudaranya, Rasulullah saw berpesan agar ia mematuhi suaminya. Hari berikutnya, saudara tersebut datang lagi untuk mengabarkan bahwa sakit ayahnya bertambah parah, dan ayahnya ingin berjumpa dengannya. Namun lagi-lagi istri tersebut mengatakan hal yang sama, sebab suaminya belum kembali. Keesokan harinya, saudara istri tersebut mengabarkan bahwa ayahnya telah meninggal, dan akan segera dimakamkan. Pemakaman menunggu kedatangan istri sholehah tersebut. Namun wanita ini mengatakan agar jenazah ayahnya segera diurus sebagaimana mestinya, karena suaminya belum pulang dan karenanya ia tidak bisa hadir.Saat suaminya pulang, ia menyambut kedatangan suaminya dengan suka cita. Ia menyediakan jamuan kepada suaminya. Setelah suaminya beristirahat, ia mengabarkan kepada suaminya bahwa ayahnya sudah meninggal. Ia juga menyatakan bahwa ia tidak dapat menghadiri pemakaman ayahnya, karena patuh akan perintah suaminya untuk tidak keluar rumah sampai ia kembali.”
Tindakan dari istri sholehah tersebut dibenarkan oleh Rasulullah Muhammad saw.
 •    Mutabarriyah (berhias)
Berhias disini bukanlah berhias untuk keluar rumah atau bepergian. Berhias yang dimaksud adalah berhias untuk suaminya. Hal ini dilakukan untuk menggembirakan hati suaminya. Janganlah berhias untuk keluar rumah, sementara saat dirumah tampil “berantakan”. Ingatlah akan pesan Rasulullah saw: “apabila dipandang menyenangkan”.
 •    Al-hashonu (membentengi diri) 
Seorang istri harus dapat membentengi diri dalam bergaul dengan orang lain. Ia dapat menempatkan diri bagaimana bergaul dengan orang lain di lingkungan sekitarnya, tanpa menimbulkan fitnah. Alangkah bahagianya jika seorang suami mendapatkan istri sholehah dengan sifat-sifat tersebut. Dapat dipastikan bahwa keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, insya Allah.
Robbana hablana min azwaajina wadzuriyatinaa quraata a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imamaa………Amin ya robbal ‘alamin……..
Enhanced by Zemanta
Read More...

Kisah Wanita Penggenggam Tauhid Asiah dan Masyitoh (tukang sisir) Fir'aun


Alkisah di negeri Mesir, hiduplah dua orang wanita di sebuah istana Fir’aun yang megah. Yang pertama yaitu seorang Ratu, isteri Fir’aun yang bernama Asiah, dan yang kedua adalah seorang wanita yang pekerjaan sehari-harinya adalah menyisir rambut puteri Fir’aun, maka ia dinamakan sebagai Masyitoh (artinya dalam bahasa Indonesia yaitu wanita tukang sisir).
Kedua-duanya adalah wanita yang beriman kepada Allah dan mengingkari Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan.
(Kisah ini diceritakan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Katsir menghasankannya dalam kitab Tafsirnya dan Kitab Al Bidayah Wa Nihayah).
Pada suatu hari, ketika Masyitoh sedang menyisir rambut puteri Fir’aun, tanpa sengaja sisirnya terjatuh ke lantai. Secara spontan Masyitoh mengucap ”Bismillah” (Dengan Menyebut Nama Allah) sambil memungut sisirnya. Maka keimanannya yang selama ini ia tutup-tutupi akhirnya secara tak sengaja terucap juga karena lisannya yang senantiasa berdzikir mengingat Allah.
Tatkala Masyitoh mengucapkan bismillah, maka puteri Fir’aun terkejut lalu ia bertanya, “Apa yang kau maksud Allah itu ayahku?” rupanya ia hanya tahu bahwa tuhan itu adalah Fir’aun yg mengaku sebagai tuhan. Maka Masyitoh menjawab, ” Tidak tetapi Allah adalah rabbku (Tuhanku) rabb kamu dan rabb ayah kamu,” Puteri Fir’aun terheran karena ada tuhan selain ayahnya. Lalu ia mengancam Masyitoh, “Aku akan sampaikan hal ini kepada ayahku.” Maka Masyitoh tanpa gentar berkata, “Silahkan.”
Saat Masyitoh menghadap Fir’aun, pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya adalah : “Apa betul kau telah mengucapkan kata-kata penghinaan terhadapku, sebagaimana penuturan anakku. Dan siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini ?” “Betul, Baginda Raja yang lalim. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah. Dan Tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai segala alam dan isinya.”jawab Masyitoh dengan berani.
Mendengar jawaban Masyitoh, Fir’aun menjadi teramat marah, sehingga memerintahkan pengawalnya untuk memanaskan minyak sekuali besar. Dan saat minyak itu mendidih, pengawal kerajaan memanggil orang ramai untuk menyaksikan hukuman yang telah dijatuhkan pada Masyitoh. Sekali lagi Masyitoh dipanggil dan dipersilahkan untuk memilih : jika ingin selamat bersama anak-anaknya, Masyitoh harus mengingkari Allah. Masyitoh harus mengaku bahwa Fir’aun adalah Tuhan yang patut disembah. Jika Masyitoh tetap tak mau mengakui Fir’aun sebagai Tuhannya, Masyitoh akan dimasukkan ke dalam kuali, lengkap bersama anak-anaknya.
Masyitoh tetap pada pendiriannya untuk beriman kepada Allah SWT. Masyitoh kemudian membawa anak-anaknya menuju ke atas kuali tersebut.
Anak yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya telah di lempar ke dalam kuali, dengan tegar Masyitoh menyaksikan semua itu, hingga tibalah giliran anaknya yang masih bayi akan dilempar, menghadapi hal ini Masyitoh sempat ragu. Namun karena kehendak Allah, maka anak yang masih kecil itu dapat berkata, “Wahai ibu bersabarlah engkau berada di atas kebenaran, sesungguhnya itu adalah sakit yang sedikit dan sebentar. Sesungguhnya azab akhirat lebih keras dan dahsyat.” Maka demi mempertahankan keimanannya kepada Allah masuklah Masyitoh dan anaknya ke dalam kuali yang mendidih.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah salallahu alaihi wa salam berkata, “Tatkala saya diangkat naik ke langit lalu saya melewati bau yg semerbak, kemudian saya bertanya: ” Bau apa ini yang wangi?” Maka jibril menjwab “Ini adalah wanita tukang sisir di istana Fir’aun dan anak-anaknya”
Kemudian dengan congkaknya Fir’aun memberitahukan kepada isterinya Asiah, wanita yang salihah, apa yang telah diperbuatnya kepada Masyitoh dan anak-anaknya. Mendengar hal itu lalu Asiyah berteriak dan berkata kepadanya, “Celaka engkau Fir’aun alangkah lancangnya engkau kepada Allah,” Lalu Asiah bersyahadat menyatakan keimananya kepada Allah di hadapan Fir’aun, kemudian Fir’aun memanggil bala tentaranya dan memerintahkan agar isterinya disiksa Lalu Asiah disiksa dan dicambuk.
Ketika siksaan semakin pedih, darah mengalir deras, Asiah menatap ke langit dan berkata sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam ayat Al-Qur’an: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (Q.S. At-Tahrim [66] : 11)
Lalu naiklah doanya membumbung tinggi dan menembus pintu-pintu langit didengar oleh Allah tabaroka wa ta’ala. Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya “Lalu Allah singkapkan langit dan Allah memperlihatkan rumahnya di surga,” Hingga ketika siksa semakin keras dan azab semakin pedih maka Asiyah malah tersenyum sehingga Fir’aun menjadi semakin marah.Mengapa ia tersenyum? Karena ia melihat rumahnya di surga, setelah itu berhembuslah nafas Asiah yg terakhir.
Demikian kisah Asiah dan Masyitoh. Semoga muslimah sekalian bisa mengambil hikmah dan mengikuti jejak keduanya, meninggal dalam keadaan teguh menggenggam “Tauhid.”
Enhanced by Zemanta
Read More...

Kisah Alqamah


Konon dikisahkan bahwa pada zaman Rasulullah ada seorang pemuda yang bernama Alqamah. Dia seorang pemuda yang giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannnya. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah ”Akhirnya mereka berangkat kerumahnya, ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah.

Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah.
Maka Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?”
Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta.”
Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu.’”
Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.”
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah.
Sesampainya di rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.
Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?”
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.”
Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.”
Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.”
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya,”
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”.
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu
Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.”
Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.”
Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.
Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya,
Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya.”
Enhanced by Zemanta
Read More...

Biarlah

Ya Rabb ...
Yang Maha menggetarkan hati,
alangkah nikmatnya bermunajat kepada-Mu
membangkitkan bulu roma, meneteskan air mata.
Alangkah indahnya,
membayangkan Engkau tersenyum kepadaku
membayangkan Engkau mengembangkan tangan
tanda menerimaku.
Biarlah dosaku menembus tujuh langit,
tak sanggup bumi menopang.
Biarlah kezaliman bak Fir'aun
yang bahkan lautpun sangat bernafsu menelannya.
Biarlah kedurhakaanku melebihi 'Alqamah,
biarlah pembangkanganku
melebihi persekongkolan bapaku,
Adam dan ibuku Hawa,
dengan syetan, di depan hidung-Mu.
Biarlah kudengar penghuni langit dan bumi,
seluruhnya meneriaki dan menyumpahi
kelakuanku atas mereka.
Biarlah hutangku menembus tujuh lapis bumi
sementara belum terbayar.
Biarlah semua tidak perduli terhadapku,
biarlah semua tidak memperhatikanku.
Biar neraka menantiku,
biar syurga menutup pintunya ...
Ya Rabb ...
Satu hal yang kuminta dari-Mu
dari Zat yang tak pernah sanggup menolak
dari Zat yang pemalu
mengembalikan tangan hamba-Nya
dengan kehampaan
dari Zat yang tidak pernah tuli,
atau pura-pura tuli
dari Zat yang Mahatahu
dari Raja segala raja,
dari Pemilik Tunggal jagad alam ini ;
tanamkan keyakinan di dada ini, di hati ini,
di sela-sela pikiran burukku,
di sela-sela otak kotorku
bahwa Engkau Maha Pengampun,
Bahwa Engkau Maha Pemberi Maaf
Maha tidak perduli,
dengan besarnya dosa ciptaan-Mu
yang mengharap cinta-Mu,
yang mengharap maaf-Mu
Engkau Penciptaku dan aku ciptaan-Mu
kemana lagi aku akan kembali?
kepada siapa lagi aku akan mengadu?
Jangan Kau tutup pintu-Mu...
Rabb...
menetes air mata haru
mengharap 'liqa' wajah-Mu.
Menjadi sifat-Mu melindungi
Menjadi sifat-Mu menyayangi aku,
satu diantara ciptaan_mu yang tiada terhitung.
Dan menjadi hak bagiku
mendapatkan pencipta sebaik Engkau,
dengan segala ka-Maha-an Mu
yang tak akan ada yang bisa membandingi
dengan segala kekuasaan-Mu yang tiada terbatas,
dengan segala kekuasaan-Mu yang tiada bertepi.
Aku tahu Engkau perduli,
tidak pernah mau Engkau berpaling
Engkau tidak pernah menuntut kewajiban
atas diriku, juga semua makhluk ciptaan-Mu
untuk bertasbih, bertahlil, bertahmid,
berzikir mengingat-Mu
kecuali demi kebaikan si pengingatnya.
Ku tahu Engkau tak akan pernah butuh sesuatu,
dari ciptaan-Mu
Ya Rabb...
basahi bibirku dan hatiku, dengan asma-Mu
biar aku dan syetan kawan lamaku tahu
kalau Engkau memberi tanda,
tanda di lidah dan di hatiku
tanda sebuah kasih, tanda sebuah sayang
rambu penghalang bagi syetan dan nafsu jelekku,
untuk mengganggu kembali.
Engkau Pemilik Kasih, Pemilik Sayang
Engkau Pemilik Segala Pertolongan.
Biarlah...
apapun biarlah
sipapun biarlah
selama kuyakini Engkau selalu ada di sisiku.
Enyahkanlah syetan dan pikiran-pikiran jahatku
yang mengibaskan kepercayaanku pada-Mu
agar aku tidak percaya
bahwa rahmat-Mu lebih besar
ketimbang marah-Mu
bahwa ampunan-Mu
lebih besar ketimbang siksa-Mu
apalagi dosaku...
Biarlah ....
Enhanced by Zemanta
Read More...
  • fals
  • kebanggaan_Indonesia
  • memori
  • bareng_Slank
  • tafakur
  • di_Rolling_Stones
  • Raya
  • Ksatria
  • lantang
  • galang_kecil
  • tampan
  • masa_lalu
  • banjo
  • senyum
  • trax
  • sakinah
  • warahmah
  • tux1
  • tux2
  • tux3
  • tux4
  • tux5
  • tux6
  • tux7
  • tux8
  • tux9
  • tux10
  • linux1
  • linux2
  • linux3
  • linux4
  • linux5
  • linux6
  • linux7
  • linux8
  • linux9
  • linux10
  • linux11
  • linux12
  • linux13
  • linux14
  • linux15
  • linux16
  • linux17
  • linux18
  • linux19
  • linux20
  • linux21
  • linux22
  • linux23
  • linux24
  • linux25
  • linux26
  • linux27
  • linux28
  • linux29
  • linux30
  • linux31
  • linux32
  • linux33
  • linux34
  • linux35