Budak Hitam (Dasyatnya Sedekah)


"Tidak akan mendapatkan kebaikan yang sempurna, sampai kamu menafkahkan apa yang kamu cintai." (Ali Imran: 92).

Sebagai manusia kita tidak mungkina akan luput dari segala kesalahan, baik yang di sengaja ataupun tidak. Oleh karena itu perlu bagi kita untuk melakukan amal salih untuk bisa mengimbangi perbuatan buruk di masa lalu. Apalagi dinyatakan di surah Al-Furqan: 70, bahwa Allah bersedia mengubah kehidupan seseorang, dari suasana yang diliputi keburukan menjadi suasana yang diliputi kebaikan. Sakit menjadi sehat, punya hutang menjadi banyak uang, miskin menjadi kaya, kurang jadi cukup, jahil jadi alim, salah jadi saleh;
"Allah akan menambah deretan panjang kesusahan seseorang dan Allah akan lipat gandakan azab-Nya kelak di hari kiamat, serta dihinakan sehina-hinanya. Tapi, dikecualikan orang-orang yang mau bertaubat, beriman dan beramal salih. Maka mereka itulah orang-orang yang Allah akan ubah keburukannya menjadi kebaikan. Dan adalah Allah Maha Menutup Dosa lagi Maha Penyayang."
Amal salih apa yang bisa mengangkat derajat? Amal salih apa yang bisa menghapus duka, menghilangkan kesulitan? Inilah kisah tentang dasyatnya sedekah, bertutur melalui kisah Budak Hitam dan Abu Thalhah.
Alkisah, sudah sejak lama Abu Thalhah memperhatikan pekerja tetangga kebunnya, seorang 'Budak Hitam'. Abu Thalhah adalah seorang yang kaya raya pada zamannya. Ia banyak memiliki perkebunan, salah satunya adalah kebun yang berlokasi bersebelahan dengan kebun di mana si BUdak Hitam bekerja. Kebun majikan si Budak Hitam tidak seluas milik Abu Thalhah, karenanya upahnya pun sangat sedikit, hanya tiga potong roti per-harinya.
Budak Hitam ini menjalani hidupnya dengan ikhlas dan keimanan yang tinggi akan kemurahan Tuhannya. Baginya tidak ada alasan memprotes kemalangan hidup dan minimnya upah yang diterima. Ia memandang ada lebih banyak kemurahan Tuhan dalam bentuk lain yang mesti ia syukuri. Panca indera yang lengkap, dan masih bisa bernafas saja sudah merupakan dua nikmat yang tak mampu dibayarnya. Ia selalu merasa, bahwa amalnya tidak berarti apa-apa dibandingkan kemurahan-Nya.
Pada suatu ketika, si Budak Hitam ini mendapati seekor anjing menjulurkan lidahnya, tanda kelaparan. Demi melihat anjing ini, ia memberikan satu  dari tiga potong roti yang digenggamnya. Tapi setelah roti itu diberikan, anjing tadi masih mengibaskan ekornya, maka diberikanlah lagi sepotong yang lain. Bahkan sepotong yang terakhir pun lagi-lagi diberikan kepada anjing tadi, hingga anjing tersebut kenyang dan berlalu dari hadapannya.
Abu Thalhah yang memang sudah lama memperhatikan Budak Hitam ini, menjadi tertegun menyaksikan apa yang dilihatnya. Ia tahu bahwa upah si Budak Hitam ini hanya tiga potong roti tersebut, tidak ada yang lain. Tapi kemudian ia lebih rela, bila si anjing yang makan roti upah kerjanya.
Karena penasaran, Abu Thalhah bertanya kepada si Budak Hitam, "Sadarkah engkau apa yang telah engkau lakukan?"
"Sadar," jawab si Budak.
"Adakah upah yang lain yang diberikan majikanmu?" Tanya Abu Thalhah lagi.
"Upahku hanyalah yang Tuan lihat."
Kemudian Abu Thalhah kembali bertanya," Apa kamu tidak merasa kuatir tidak dapat makan?"
"Saya tidak kuatir. Ada upah saya yang lain dari Tuhanku. Saya yakin, Tuhan saya akan memperhatikan saya," jawab si Budak dengan penuh keyakinan.
"Terus, apa kamu tidak akan menyesal nanti?" Cecar Abu Thalhah.
Si Budak menjawab, "Untuk apa saya harus menyesal?"
Tahulah si Budak bahwa Abu Thalhah memperhatikan perilakunya terhadap anjing tadi. Dan kini ia merasa Abu Thalhah sedang mencari tahu. Tapi sungguh, karena 'kebodohannya', ia tidak tahu apa maksud Abu Thalhah. Jawabannya benar-benar tulus, dari hatinya yang bersih.
Setelah berbincang-bincang, Abu Thalhah minta ditunjukkan rumah majikan si Budak. Sesampainya di sana Abu Thalhah bertanya apakah majikannya tersebut bersedia menjual kebunya kepadanya. "Asal cocok harganya," jawab pemilik kebun.
Singkat cerita, kebun tersebut berpindah tangan menjadi milik Abu Thalhah. Dan Abu Thalhah menghadiahkan kebun tersebut kepada si Budak tadi. Dan jadilah kini budak tersebut pemilik baru kebun tersebut.
"Maha Suci Allah,"Kisah tadi menjadi jawaban atas pertanyaan amal saleh apa yang bisa mengangkat derajat dan menghilangkan kesusahan, yaitu amalan sedekah. "Budak tadi hanya memberikan tiga potong roti, tapi Allah membalasnya dengan satu buah kebun.
Bukan tiga potong roti itu esensi dasar 'penghargaan' Allah. Boleh jadi, bagi banyak orang, apa yang di berikan Budak tadi tidak berarti banyak, Hanya tiga potong roti. Tapi lebih jauh lagi, bahwa Budak tadi telah 'mengorbankan' kehidupannya, Budak tadi telah mengorbankan jiwanya, dengan memberikan upah yang 'cuma segitu-gitunya'. Dan ia tidak memikirkan dengan makannya sendiri, setelah bekerja keras satu hari penuh di kebun.
Mari kita merenung sejenak, apa yang telah kita sumbangkan bagi kepentingan orang banyak? 'Boro-boro' berbuat seperti yang diperbuat Budak Hitam tadi, lah menyisihkan sebagian kecil penghasilan kita saja masih terasa berat;
"Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalah hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan rezekinya itu tidak mau memberikan rezeki mereka ...." (An-Nahl: 71).
Padahal mungkin kita tahu, bahwa siksa Allah sangat berat bila kita enggan berderma, enggan mengeluarkan zakat. Di akhirat disiksa dengan siksa akhirat, di dunia disiksa dengan siksa dunia, antara lain hadirnya penyakit dan kesusahan.
"..... Atau mereka para penimbun kekayaan dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritakanlah kepada mereka akan azab yang pedih. Pada hari di mana harta mereka dipanaskan dalam neraka Jahanam lalu dibakar dengannya dahi, rusuk dan punggung mereka dan dikatakan kepada mereka, inilah harta benda yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Rasakanlah sekarang! Rasakanlah balasan dari apa yang kamu simpan dahulu itu." (At-Taubah: 34-35).
"... Rupanya mungkin kita masih belum yakin akan janji Tuhan, bahwa Dia akan memberikan yang lebih baik dari apa yang kita berikan."
"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai pada tiap-tiap tangkainya berisi seratus biji. Allah melipatgandakan balasannya Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 261).
Terkait cerita di atas, ada satu firman Allah yang berbunyi;
"Hendaklah orang yang mampu, menafkahkan hartanya sesuai dengan kemampuannya. Dan orang-orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedadr apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kemudahan setelah kesulitan." (Ath-Thalaq: 7).
Di ayat di atas, Allah memberikan rahasia tentang bagaimana caranya kalau mau dilapangkan rezeki ketika sempit rezekinya. Yaitu dengan jalan sedekah. Menjadi biasa bila bersedekah, berzakat, di kala lapang, di kala kaya. Sebab memang tidak ada yang istimewa, itu adalah keharusan. Justru menjadi aneh, bila di saat mampu, tidak mau berbagi. Maka, ketika kita mau bersedekah, mau mengorbankan harta kita, di saat tidak punya, nilainya sangat luar biasa di sisi Allah. Dan inilah kunci pembuka rezeki yang sebenarnya."
"Bagaimana ukuran sedekahnya...?"
Seperti cerita Budak Hitam di atas. Dia mendapat karunia yang luar biasa, sebab ia juga berkorban dengan luar biasa. Upah kerja seharian yang cuma tiga potong roti, diberikan kepada anjing yang kelaparan. Maka, kemudian ukuran sedekah kita, tergantung pada diri kita sendiri. Kalau mau cepat keluar dari kesulitan, kalau mau cepat dibanyakkan rezekinya, sedekahlah sebanyak-banyaknya... Kecil umpannya, kecil pula ikan yang didapat. Besar umpannya, besar pula ikan yang didapat."
"Tidak akan mendapatkan kebaikan yang sempurna, sampai kamu menafkahkan apa yang kamu cintai." (Ali Imran: 92).
Semakin banyak kita bersedekah, maka semakin banyak Allah mendatangkan rezeki. Semakin mudah kita bersedekah, semakin mudah Allah mendatangkan pertolongan-Nya. Semakin ringan kita bersedekah, semakin ringan pula Allah membantu kita. Dan semakin tinggi pengorbanan kita, maka semakin besar pula kecintaan Allah kepada kita. Kita bahkan semestinya bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Budak Hitan di atas. Utamanya ketika kesusahan sedang menjadi bagian cerita kehidupan kita.
Lalu, bagaimana bila ada yang bertanya, "Kami-kami ini kan ingin banyak rezeki, supaya bisa menutup hutang misalnya, lalu kita di suruh untuk bersedekah, berdasarkan Al-Qur'an, tapi yang jadi masalah, kami lagi ga ada uang... harus bagaimana kami ini ...? Sedang, kalaupun ada uang, sudah kami pakai untuk bayar hutang ... atau sudah kami pakai untuk menyembuhkan penyakit kami bila kami sakit ...?
Di sini letak pengorbanan yang Allah tunggu ... Memang saat mereka bilang nggak ada uang buat sedekah, memang benar demikian adanya. Tapi andai mereka mau sedikit berfikir, dan melihat ke diri mereka sendiri, pasti ada jalan untuk bersedekah. Misalkan, masih punya HP yang bagus dan ber-merk. Maksudnya, uang tidak ada, tapi HP ada, bila ini yang terjadi, jual HP-nya, beli yang murahan. Kemudian selisihnya ini yang kita keluarkan untuk sedekah. Intip-intip aset kita, ada ga yang bisa 'dikecilin' (dijual) unutk kemudian kita jadikan modal sedekah. Entah itu aset berupa emas, TV, perabotan rumah tangga, alat elektronik ... cari sesuatu yang bisa membuat kita bersedekah di saat sulit. Bahkan mestinya, cari sesuatu yang besar untuk kita persembahkan kepada Allah. Misalkan kita sakit berat, sakit keras ... kita lirik tanah yang kita miliki, atau kita lihat bahwa kita punya rumah lebih dari satu. Bukan untuk kita jual buat biaya berobat. Kalau, kategorinya masih 'membeli obat'. Lalu untuk apa kita lirik aset kita yang besar itu? Untuk mengundang pertolongan yang besar. Yaitu kita jual, kemudian uangnya kita sedekahkan, atau kita wakafkan. Kalu kemudian bisa kita sedekahkan atau kita wakafkan, maka kita sudah masuk dalam kategori 'membeli penyakit'. Amalan seperti inilah yang insya Allah sangat dilihat Allah, sebagai pertimbangan untuk menolong kita atau tidak."
Disebut di ayat 92 di atas, bahwa tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna sampai seseorang mau menafkahkan hartanya yang dicintainya, maka:
  • Kebaikan bagi yang sakit adalah kesembuhan. Tapi ia tidak akan menemukan kesembuhan yang sempurna hingga ia mampu menafkahkan harta yang dicintainya. Allah Maha Malihat, ketika ia mampu membeli obat yang mahal-mahal, ketika ia mampu berobat dengan rupiah yang besar, lalu ketika Allah meminta kepadanya bersedekah untuk kesembuhan baginya, kemudian uang yang ia sedekahkan tidak imbang dengan biaya berobatnya (terlalu kecil), maka jangan berharap akan cepat dapat kesembuhan, kecuali yang Allah sudah takdirkan kepadanya.
  • Kebaikan bagi mereka yang punya hutang adalah keluasan rezeki sehingga mampu membayarkan hutangnya. Tapi mereka ini tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna hingga mereka mau berkorban dengan sesuatu yang ukurannya ia berat untuk mengorbankannya. Semakin besar pengorbanannya, semakin besar pula peluang Allah membantu untuk membayarkan hutangnya.
Terapkan ilmu sedekah ini di setiap kesusahan yang ditemui di dunia ini; misalnya ketika seseorang menginginkan kehadiran anak, pancing dengan sedekah; ketika seseorang ingin pekerjaaan, pancing dengan sedekah; ketika seseorang ingin agar usahanya tambah maju, pancing dengan sedekah. Ketika seseorang ingin dilepaskan kesulitannya, ingin diangkat permasalahannya, pancing dengan sedekah. Ketika seseorang ingin punya rumah, bosan berdiam di rumah kontrakan, beli rumah yang diidam-idamkan dengan memperbanyak sedekah. Mempercepat datangnya bantuan Allah sekali lagi tergantung kepada kita sendiri. Jangan sayang-sayang dalam bersedekah, utamanya bila kita ingin cepat di bantu Allah. Bahkan sedekah, ia bukan saja akan membantu mempercepat kita keluar dari kesusahan dunia, tapi juga akan banyak berperan membantu kita kelak di kesusahan negeri akhirat.
Sedekah mengandung empat fadilah;
  1. Mengundang datangnya rezeki.
  2. menyembuhkan penyakit.
  3. Menghilangkan kesulitan, menghalau musibah.
  4. Memperpanjang umur.
Bahkan Rasulullah menegaskan, bahwa jika seseorang ingin dibantu kesulitannya, maka hendaklah ia mencari jalan keluar dengan jalan membantu orang yang lebih sulit. Bila seseorang ingin diringankan penderitaannya, maka hendaknya ia mau meringankan penderitaan orang lain. Kita memang sulit, kita memang susah, kita mungkin sedang menderita, tapi pesan rasul, pasti ada yang lebih sulit, lebih susah dan lebih menderita. Dan kita disuruh mencari mereka ini. Pertolongan Alllah akan datang, sesuai dengan ukuran amal saleh yang kita lakukan.
"Tapi hati-hati, jangan sebatas ingin banyak rezeki, jangan sebatas ingin sembuh, jangan sebatas ingin dibayarkan hutangnya ... lalu kemudian kita mau bersedekah hanya karena ada keinginan saja. Ini hanya sebagai motivasi saja. Kalau bisa, tinggikan lagi tujuan bersedekah, yaitu agar kita mendapat keridhaan Allah. Kalau Allah sudah ridha kepada kita, apapun upaya kesembuhan yang kita lakukan, akan mengantarkan kita kepada kesembuhan. Kalau Allah sudah ridha kepada kita, apapun upaya kita dalam rangka mencari solusi bagi hutang kita yang menumpuk, akan benar-benar bisa menghasilkan. Cari keridhaan Allah, jangan berhenti  kepada tujuan yang kecil. Khawatirnya, setelah sembuh, tidak mau lagi bersedekah. Setelah kaya, tidak lagi mau berderma. Tapi sebagai seorang hamba, tidaklah salah berniaga dengan Allah. Anggap saja sebagai media latihan kita. Di kemudian hari, setelah kita mendapatkan apa yang menjadi doa kita, dimana kekuatan doa kita di support oleh sedekah, kita terus meningkatkan amal saleh kita.
Sebagai bahan renungan, bolehlah kita sedikit menyelami firman Allah berikut ini. bahwa ketika kita kikir, ketika kita tidak imbang antara pendapatan dengan sedekah kita, maka boleh jadi saat itulah kesusahan demi kesusahan hadir, hingga kemudian kita juga menemukan diri kita terus menerus susah hingga di hari akhir kelak, nau'udzu billah.

"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik buat mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi (mengapa sampai kita bakhil ...?). Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan." (Ali Imran: 180).

So, nunggu apalagi? nunggu nafas naik ketenggorokan seperti insyafnya Fir'aun? kita sendiri yang menentukan nasib dan takdir kita, mari kita berlomba untuk bersedekah, amin.

Di kutip dari buku Ust. Yusuf Mansur (Mencari Tuhan yang Hilang).

1 komentar:

nuraeni mengatakan...

Semoga sukses
untuk blog'a..:)

  • fals
  • kebanggaan_Indonesia
  • memori
  • bareng_Slank
  • tafakur
  • di_Rolling_Stones
  • Raya
  • Ksatria
  • lantang
  • galang_kecil
  • tampan
  • masa_lalu
  • banjo
  • senyum
  • trax
  • sakinah
  • warahmah
  • tux1
  • tux2
  • tux3
  • tux4
  • tux5
  • tux6
  • tux7
  • tux8
  • tux9
  • tux10
  • linux1
  • linux2
  • linux3
  • linux4
  • linux5
  • linux6
  • linux7
  • linux8
  • linux9
  • linux10
  • linux11
  • linux12
  • linux13
  • linux14
  • linux15
  • linux16
  • linux17
  • linux18
  • linux19
  • linux20
  • linux21
  • linux22
  • linux23
  • linux24
  • linux25
  • linux26
  • linux27
  • linux28
  • linux29
  • linux30
  • linux31
  • linux32
  • linux33
  • linux34
  • linux35